Hendaknya engkau wahai saudara tercinta selalu menguatkan keyakinanmu dan memperbaikinya. Karena jika keyakinan tertanam dalam hati dan menguasainya, maka hal-hal yang ghaib seakan-akan bisa disaksikan, dan saat itulah seorang yang berkeyakinan akan mengatakan sebagaimana yang pernah diucapkan oleh Sayyidina Ali bin Abi Thalib ra: “Andaikan penghalang telah terbuka, maka keyakinanku tidak akan bertambah lagi.”
Keyakinan ibarat kekuatan iman dan keteguhannya bagaikan ombak yang besar. Tidak dapat digoncang oleh keraguan dan fikiran, bahkan keraguan dan khayalan tidak ada wujudnya sama sekali. Jika ada keraguan dari luar, maka telinga tidak akan mendengarkannya dan hati tidak akan menoleh kepadanya.
Setan tidak mampu mendekatinya, bahkan akan lari darinya serta menjauh dari bayangannya. Hal ini sebagaimana sabda Baginda Nabi Muhammad Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam:
ان الشيطان ليفرق من ظل عمر وما سلك عمر فجا الا سلك الشيطان فجا آخر
Artinya: “Sesungguhnya setan menjauh dari bayangan Umar dan tidaklah Umar menempuh suatu jalan pasti setan akan menempuh jalan yang lain.’
Keyakinan akan bertambah kuat dan semakin membaik dengan beberapa sebab:
Diantara yang menjadi dasar utamanya, yaitu seorang hamba mendengar dan menghayati dengan hati serta telinganya akan kandungan isi ayat-ayat al-Qur’an dan hadits-hadits Nabawi yang menunjukkan tentang kebesaran, keagungan, kesempurnaan dan keesaan Allah SWT dalam penciptaan. pengaturan dan kekuasaan, serta tentang kebenaran para nabi dan rasul.
Kesempurnaan ajaran mereka dan juga bukti yang mereka miliki berupa mukjizat serta hukuman apa yang menimpa orang-orang yang mendustakan dan menentang mereka. Selain itu juga tentang pahala yang akan diperoleh oleh orang-orang yang baik dan hukuman bagi yang menentang kelak di hari kiamat.
Dan yang menjadi bukti bahwa hal ini dapat menambah keyakinan, adalah firman Allah SWT:
اولم يكفهم انا أنزلنا عليك الكتاب يتلى عليهم
Artinya: “Dan apakah tidak cukup bagi mereka, bahwasannya Kami telah menurunkan kepadamu al-Kitab (al-Qur’an) sedang hal itu dibacakan kepada mereka.”{Qs. al-‘Ankabut ayat: 51).
Kemudian, menganuti dengan penuh penghayatan akan keindahan langit dan bumi serta segala sesuatu keajaiban ciptaan Allah SWT yang tersebar didalamnya. Keterangan bahwa cara ini dapat menambahkan keyakinan telah disebutkan dalam firman Allah SWT:
سنريهم ءاياتنا في آفاق وفي أنفسهم حتى يتبين لهم أنه الحق أولم يكف بربك أنه
Artinya: ‘Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur’an itu adalah benar.” (Qs. Fushilat ayat: 53).
Lalu menerapkan apa yang diimaninya secara dzahir dan batin dengan penuh kesungguhan dan sesuai kemampuannya. Cara ini juga dapat menambah keyakinan sebagaimana yang disebutkan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:
والذين جاهدوا فينا لنهدينهم سبلنا
Artinya: “Dan orang-orang yang berjihad untuk (mencari keridhaan) Kami, benar-benar akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan-jalan Kami.”(Qs. al-‘Ankabut ayat: 69).
Diantara buah hasil keyakinan adalah, merasa tenang dan percaya pada janji serta jaminan Allah SWT, beribadah kepada-Nya dengan penuh semangat. meninggalkan segala sesuatu yang membuatnya berpaling dari Allah SWT, serta selalu kembali kepada Allah SWT dalam setiap keadaan dan selalu berupaya sekuat tenaga untuk memperoleh keridhaan Allah SWT
Jadi, keyakinan adalah inti dari keimanan dan dasar utama seluruh kedudukan mulia. Akhlak terpuji, bahkan amal shaleh pun berasal dari cabang dan hasil buahnya. Sedangkan kuat dan lemahnya, baik dan buruknya akhlak serta amal perbuatan tergantung pada keyakinan.
Dalam hal ini, Sayyidina Lukman al-Hakim ra berkata: “Amal perbuatan tidak dapat direalisasikan kecuali dengan keyakinan dan tidaklah seorang hamba beramal kecuali sesuai dengan kadar keyakinannya. Begitu juga tidaklah seseorang kurang amalannya melainkan karena keyakinannya berkurang.”
Dalam hal ini. Baginda Rasulullah Shalallahu alaihi wa aalihi wa shahbihi wa salam bersabda:
اليقين الإيمان كله
Artinya: ‘Keyakinan adalah keimanan secara keseluruhan.”
Keadaan keyakinan orang-orang beriman terbagi menjadi tiga bagian:
- Pertama, adalah tingkatan golongan kanan, yaitu mereka yang memiliki keyakinan kuat tetapi masih ada kemungkinan terguncang oleh keraguan jika ada yang menyebabkannya. Tingkatan ini disebut keimanan.
- Kedua, adalah tingkatan para muqarrabin, yang mana hati mereka telah dipenuhi dan dikuasai oleh cahaya keimanan, tertanam kuat didalamnya sehingga tidak ada yang bertentangan dengan keimanannya bahkan tidak terbayangkan keberadaannya sedikitpun. Dalam tingkatan ini, perkara yang ghaib seakan-akan nampak jelas. Tingkatan ini disebut keyakinan.
- Ketiga, adalah tingkatan para nabi dan para pewaris nabi yang sempurna. Mereka terdiri dari kalangan shiddiqin, yang mana perkara yang ghaib akan nampak jelas dan terang benderang. Tingkatan ini disebut kasyaf
Masing-masing golongan dalam tingkatan mereka terdapat perbedaan yang jauh sekali. Semuanya bagus, tetapi sebagian lebih baik. Dan itulah karunia Allah SWT yang Dia berikan pada siapapun yang Dia kehendaki dan Allah SWT Maha memberi karunia yang agung.
Sumber: Nasihat Untukmu Wahai Saudaraku Karya Al ‘alamah Al Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad
No comments:
Post a Comment