SIDIK JARI DAN BAKAT ANAK DALAM ISLAM - TERAS DA'WAH

TERAS DA'WAH

KUMPULAN INFORMASI TENTANG ISLAM

Saturday, November 18, 2017

SIDIK JARI DAN BAKAT ANAK DALAM ISLAM

Setiap manusia memiliki bentuk sidik jari yang unik dan berbeda dari orang lain, bahkan sekalipun mereka yang kembar identik, namun sidik jarinya tidaklah sama. Keunikan sidik jari ini berperan penting dalam proses mengidentifikasi data diri seseorang. Seiring perkembangan jaman diketahui juga bahwa ada sebuah metode yang dipakai untuk mengetahui potensi dan bakat anak melalui sidik jarinya.

Bagaimana Islam memandang hal tersebut?

Sebelumnya orang menghargai sidik jari sebagai lengkungan-lengkungan biasa tanpa makna dan arti khusus, namun dalam Al-Qur'an Allah merujuk kepada sidik jari yang sedikitpun tak menarik perhatian orang waktu itu dan mengarahkan kepada kita arti penting sidik jari yang baru mampu dipahami jaman sekarang.

Pada abad ke-7 Masehi Al-qur'an telah menyebutkan bahwa sidik jari menjadi tanda pengenal manusia. Dalam Al-Qur'an disebutkan "Mudah bagi Allah untuk menghidupkan manusia setelah kematiannya". 

Pernyataan sidik jari manusia secara khusus ditekankan dalam sebuah firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang artinya :

" Apakah manusia mengira bahwa kami tidak akan menumpulkan (kembali) tulang belulangnya? Ya, bahkan Kami mampu menyusun (kemnali) ujung jari-jarinya dengan sempurna." (QS. Al-Qiyamah : 3-4).

Disebutkannya "Ujung jari" atau sidik jari ini tentu memiliki makna khusus, terlebih dikatakan hal ini oleh pencipta alam semesta. Setelah dikaji selama bertahun tahun serta didukung dengan teknologi barulah diketahui tentang pentingnya bagian tubuh yang satu ini, layaknya barang yang memiliki kode unik manusiapun diberikan kode unik seperti sistim barcode sebagaimana yang digunakan pada era sekarang ini.

Seiring berkembangnya jaman, selain tesikologi dikenal pula metode lain untuk mengetes potensi anak, adalah metode sebuah pengukuran dengan pemindaian sidik jari anak untuk mengetahui daya bekerja otak yang paling dominan dalam kaitannya dengan potensi bakat, motivasi, karakter, dan gaya belajar anak. Proses analisis sidik jari ini dianggap dapat memberikan arahan bagi orang tua dalam pola pengasuhan yang tepat, serta mendeteksi sampai sejauh mana daya tahan seorang anak terhadap stress. Dikatakan pula bahwa hasil dari analisis sidik jari ini bersifat objektif tanpa dipengaruhi unsur kondisi fisik sehat atau sakit, dan unsur sikologis seperti sedih, senang, atau tertekan. Dengan metode ini diharapkan orang tua juga bisa menemukan potensi kekurangan atau kelemahan pada anak, sehingga dapat ditentukan solusi yang tepat dan baik supaya anak bisa berprestasi dan produktif, termasuk mengenali gaya belajar yang tepat bagi anak sesuai dengan bakatnya. 

Ilmu yang dipakai untuk menganalisis berdasarkan sidik jari ini disebut dermatogen, inilah ilmu yang memperlajari pola bulatan kulit atau sidik jari serta hubungannya dengan genetika tubuh manusia. Dalam beberapat penelitian para ahli dibidang dermatogen dan kedokteran anatomi tubuh menemukan faktor bahwa sidik jari bersifat genetis, ibarat sebuah kode khusus dalam diri manusia yang tidak bisa dihapus atau diubah kode inipun sudah muncul ketika janin berusia 13 hingga 24 minggu. Dalam ilmu ini dikatakan bahwa setiap jari berhubungan dengan bagian bagian otak, misalnya ibu jari berhubungan dengan otak bagian depan yang juga berasosiasi dengan penalaran perencanaan dan juga dari bagian cara berucap. 

Namun dasar-dasar tersebut mendapatkan penolakan dari bidang ilmu neurologi atau ilmu yang mengkaji saraf manusia, alasannya semua bagian yang ada diotak terhubung dengan semua bagian jari ketimbang mengendalikan tiap jari dengan satu otak, bagian masing-masing seleksi alam akan memilih mengendalikannya cukup dengan satu dua bagian, memakai semua bagian tidak efesien secara energi, karena berarti energi diberikan kepada semua otak yang terhubung pada setiap jari. 

Lalu bagaimana Islam memandang sidik jari bahkan anak dalam pengarahan dari orang tua?

Sebagai muslim jika kita beranjak dari teori minat dan bakat yang tidak berdasarkan islam tentu akan terjadi kesalahan, Allah ta'ala berfirman,

"..(Tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah (tersebut)itu. Tidak ada perubahan pada firman Allah, (itulah) agama yang lurus.." (QS. Ar-Ruum : 30).

Fitrah anak harus terjaga dari ketergelinciran dan penyimpangan, dan Islam memandang keluarga bertanggung jawab atas fitrah anak, segala penyimpangan yang menimpah fitra tersebut menurut pandangan Islam berpangkal dari kedua orang tua atau pendidik yang mewakilinya, pendapat itu didasarkan pada pandangan bahwa anak dilahirkan dalam keadaan suci lahir batin dan sehat fitrahnya, lebih jauh setiap anak harus berminat untuk mempelajari hal-hal yang wajib diketahui hukumnya sebagai seorang muslim sang anak wajib tau kewajiban-kewajibannya sebagai seorang muslim dan minta untuk selalu mendapatkan nilai amal tertinggi sebagai seorang muslim.

Demikian, semoga informasi ini bisa memberikan manfaat dalam mendidik anak anak kita dan semoga anak-anak kita tumbuh besar menjadi anak-anak soleh dan solehah. Aamiin.

No comments:

Post a Comment